Jacob
Bernadus Sitanala dilahirkan dalam suatu keluarga pengusaha kecil
pada tanggal 18 Septemaber 1889 di Kayeli Pulau Buru. Ia keturunan
keluarga besar Sitanala dari Desa Suli di Pulau Ambon. Setelah
menamatkan pendidikan dasar pada “Ambonsche Burger School”
di Ambon dan pendidikan menengah MULO pada tahun 1904, ia
melanjutkan pendidikannya ke sekolah kedokteran yaitu “STOVIA”
di Jakarta. Pada tahun 1912 Jacob berhasil memperoleh ijazah
dokter dan ditempatkan diberbagai tempat di Indonesia. Karena
prestasinya yang tinggi dalam tugas pelayanan kedokteran dan
penelitian ilmiah, ia mendapat tugas belajar ke negeri Belanda
tahun 1923 dan mendalami Ilmu Penyakit Kusta (Lepra). Pada tahun
1926 berhasil memperoleh diploma “Nederlandsche arts”,
dan pada tahun 1927 mendapat gelar Doktor dan Guru Besar dalam
ilmu Penyakit Kusta. Setelah kembali ke Indonesia dan bertugas
sebagai ahli penyakit kusta, Dr. Sitanala diangkat sebagai Kepala
Pemberantasan Penyakit Kusta di Indonesia.
Sitanala
adalah ahli penyakit kusta yang pertama di Indonesia. Sebagai
perintis pemberantasan penyakit kusta, ia dikenal pula di dunia
internasional karena karya-karya ilmiah hasil penelitian dan
metode baru pengobatan penyakit kusta yang ia kembangkan. Untuk
itu raja kerajaan Swedia berkenan memberikan bintang kehormatan
tertinggi “Wasa Orde” yang setaraf dengan “Nobelprijs”
(Hadiah Nobel) kepadanya dan juga sebuah bintang jasa dari
perkumpulan Sarjana-Sarjana Internasional dalam bidang kesehatan.
Dr.
J. B. Sitanala terkenal pula sebagai pejuang dan perintis
kemerdekaan Indonesia. Selama studi di negeri Belanda menjabat
wakil ketua “Perhimpunan Indonesia”, sangat aktif dalam
pergerakan dan perjuangan kemerdekaan Indonesia. Menjadi penasehat
dari organisasi politik “Sarekat Ambon”. Perasaan
nasionalismenya sangat tinggi dan terlihat dalam usaha-usaha untuk
membela rakyat kecil yang diperlakukan tidak manusiawi dalam
bidang kesejahteraan dan kesehatan, juga menentang ras
diskriminasi di kalangan profesi kedokteran.
Dr.
J. B. Sitanala dikenal pula sebagai salah seorang pendiri Palang
Merah Indonesia. Setelah bertugas ke Ambon pada tahun 1947, masih
tetap mengabdi sepanjang hayatnya. Beliau meninggal dunia pada
tanggal 30 Agustus 1958, dan oleh Pemerintah RI dihargai sebagai
“PERINTIS KEMERDEKAAN” dan tokoh nasional yang besar |