Kakiali
adalah putera Tepil yang bergelar “Kapitan Hitu”
dan berketurunan dari Perdana Jamilu (Nusapati)
adalah seorang dari para Perdana (pemimpin) Hitu di Jasirah Hitu
Pulau Ambon. Kakiali terkenal sebagai pahlawan dalam perang Hitu I
tahun 1634 – 1643 melawan penjajah Belanda (VOC). Politik
monopoli perdagangan dan “hongi tochten” pada
zaman VOC sangat menyengsarakan rakyat di kerajaan Hitu (Tanah
Hitu). Karena itu rakyat Hitu (Ambon) di Maluku Tengah mengadakan
perlawanan yang dipimpin oleh Kakiali.
Pada
tahun 1634 peperangan mulai berkobar melawan Belanda dan rakyat
Hitu dibantu oleh Gimelaha Luhu dari Jasirah Hoamual di Seram
Barat dan para pejuang dari Hatuhaha di Pulau Haruku dan rakyat
Iha dari Pulau Saparua. Selain itu rakyat Hitu mendapat bantuan
dari Makassar dan Ternate. Setelah digempur dengan armada oleh
pasukan Belanda yang dikirim dari Batavia (Jakarta), para pejuang
Hitu terpaksa menyingkir dan bertahan di gunung Wawani yang
dijadikan benteng pertahanan yang kuat dan dipimpin panglima Hitu
Patiwani. Pada tahun 1635 Kakiali dapat ditangkap melalui suatu
tipu daya dalam perundingan dengan Belanda. Ia dibuang ke Batavia.
Tahun 1637, Kakiali dipulangkan ke Hitu untuk menentramkan rakyat
Hitu yang semakin bergolak.
Bersama
dengan Kakiali datang pula Gubernur Jenderal van Diemen. Ia
meminta bantuan Sultan Hamzah dari Ternate (politik adu domba)
untuk bersama-sama melawan Hitu. Kemudian diangkatlah Gubernur
Gerard Demmer. Tokoh Belanda yang keras ini mulai mengadakan
serangan besar-besaran ke benteng Wawani. Pada tahun 1643 Belanda
dapat menduduki Wawani setelah perang tersebut dikosongkan pasukan
Hitu dan Panglima Patiwani. Kakiali kembali menyusun siasat baru
melawan Belanda dengan rencana meminta bantuan Makassar, namun dia
dikhianati oleh teman-temannya sendiri. Kakiali gugur bukan karena
peluru VOC. Pada tanggal 16 Agustus 1643 seorang kenalannya yang
baik yaitu Fransisco de Toire (seorang Spanyol) setelah disogok
uang oleh Belanda, ia membunuh Kakiali pada saat sedang tidur.
Kakiali ditikam dengan sebilah keris. Pahlawan dari Wawani ini
meninggal seketika. Namun perlawanan rakyat Hitu belum berhenti.
Peperangan diteruskan pada tahun 1643 – 1646 sebagai perang Hitu
II yang dipimpin oleh Kapitan Tulukabessy dan Imam Rijali.
|