Kapitan
Ulupaha berasal dari Negeri (Desa) Seith di Jasirah Hitu Pulau
Ambon. Ia adalah pembantu dari Thomas Matulessy alias Kapitan
Pattimura pemimpin perang Pattimura melawan Belanda tahun 1817.
Kapitan yang sudah berumur lanjut ini (80 tahun) ditugaskan
Pattimura untuk mempertahankan Front Hitu di Pulau Ambon dan
menjadi pemimpin pasukan. Rakyat Jasirah Hitu mengangkat senjata
setelah mendengar jatuhnya Benteng Duurstede di Pulau Saparua.
Pada
permulaan peperangan, pasukan Ulupaha telah mengancam dan
menyerang benteng Amsterdam di Negeri Hila dan pos-pos penjagaan
Belanda di Larike, Liang dan Waai. Pada waktu peperangan sedang
berkobar di kepulauan Lease melawan Belanda pada tanggal 15
Oktober 1817, Ulupaha menggerakkan pasukan menyerang benteng
Belanda di Negeri Larike. Namun gagal diduduki, oleh karena
Belanda mengerahkan pasukannya yang besar dari laut dan darat yang
dipimpin Mayor Meyer. Serangan Belanda kemudian ditujukan ke pusat
pertahanan Ulupaha di Seith dan Negeri-Negeri di sekitarnya.
Ulupaha dan pasukannya berjuang mempertahankan Negeri-Negeri di
Jasirah Utara Hitu dengan bantuan pasukan Alifuru dari Seram.
Pada
tanggal 16 oktober 1817, Laksamana Buyskes sebagai Panglima
tertinggi Belanda yang datang sendiri ke Maluku memerintahkan
serangan umum ke Hitu menyebabkan terjadilah pertempuran yang seru
antara kedua belah pihak. Pasukan Ulupaha akhirnya terdesak dan
bergerilya di hutan-hutan. Ulupaha lalu menyingkir ke Seram Barat
dan menggabungkan diri dengan pasukan dari Negeri Luhu menyerang
benteng Belanda di Luhu. Benteng tersebut akhirnya jatuh ke tangan
pasukan Ulupaha.
Belanda
kembali menyerang Seram Barat dan menduduki benteng Luhu. Kemudian
ekspedisi khusus diadakan untuk menangkap Ulupaha. Pada bulan
Januari 1818 pahlawan tua ini digotong dengan tanda memasuki
benteng Victoria, tanggal 19 Pebruari 1818, sidang kilat
Pengadilan Ambon menjatuhkan hukuman mati dan pada tanggal 20
Pebruari 1818 pahlawan tua ini dieksekusi hukuman mati gantung di
lapangan yang berada di depan benteng Victoria
|