Muhamad
Amiruddin alias Nuku adalah putra Sultan Jamaluddin (1757 –
1779) dari kerajaan Tidore. Pada tanggal 13 April 1779, dinobatkan
sebagai Sultan Tidore dengan gelar “Sri Paduka Maha Tuan
Sultan Saidul Jehad el Ma’bus Amiruddin Syah Kaicil Paparangan”.
Nuku juga dijuluki sebagai “Jou Barakati”
artinya Panglima Perang. Dalam zaman pemerintahan Nuku (1797 –
1805), Kesultanan Tidore mempunyai wilayah kerajaan yang luas yang
meliputi Pulau Tidore, Halmahera Tengah, pantai Barat dan bagian
Utara Irian Barat serta Seram Timur. Sejarah mencatat bahwa hampir
25 tahun, Nuku bergumul dengan peperangan untuk mempertahankan
tanah airnya dan membela kebenaran.
Dari
satu daerah, Nuku berpindah ke daerah lain, dari perairan yang
satu menerobos ke perairan yang lain, berdiplomasi dengan Belanda
maupun dengan Inggris, mengatur strategi dan taktik serta terjun
ke medan perang. Semuanya dilakukan hanya dengan tekad dan tujuan
yaitu membebaskan rakyat dari cengkeraman penjajah dan hidup damai
dalam alam yang bebas merdeka. Cita-citanya membebaskan seluruh
kepulauan Maluku terutama Maluku Utara (Maloko Kie Raha)
dari penjajah bangsa asing. Untuk itu Nuku berjuang tanpa mengenal
istirahat sampai di hari tuanya.
Pemerintah
Kolonial Belanda yang berpusat di Batavia (Jakarta) dengan
gubernur-gubernurnya yang ada di Ambon, Banda dan Ternate selalu
berhadapan dengan “Prince Rebel” (raja
pemberontak) ini yang terus mengganjal kekuasaan Kompeni (Belanda)
tanpa kompromi. Mereka semua tidak mampu menghadapi konfrontasi
Nuku. Nuku merupakan musuh bebuyutan yang tidak bisa ditaklukan,
bahkan tidak pernah mundur selangkahpun saat bertempur melwan
Belanda di darat maupun di laut.
Ia
adalah seorang pejuang yang tidak dapat diajak kompromi. Semangat
dan perjuangannya tidak pernah padam, walaupun kondisi fisiknya
mulai dimakan usia. Kodrat rohaninya tetap kuat dan semangat tetap
berkobar sampai ia meninggal dalam usia 67 tahun pada tahun 1805.
Sebagai penghargaan terhadap jasa-jasa dan pengorbanannya,
Pemerintah Republik Indonesia mengukuhkan Sultan Nuku sebagai
“PAHLAWAN PERJUANGAN KEMERDEKAAN”
.
. |