Thomas
Matulessy alias Kapitan Pattimura lahir di Desa Haria, Pulau
Saparua pada tanggal 8 Juni 1783. Thomas Matulessy adalah seorang
borgor (burger) berketurunan dari keluarga besar Matulessia (Matulessy)
di Desa Haria Pulau Saparua. Pemuda Thomas Matulessy mantan Sersan
Mayor dalam ketentaraan Inggris mempunyai pengalaman memimpin
pasukan. Ia adalah seorang komandan dengan sifat-sifat kesatria
yaitu gagah perkasa dan pemberani, postur tubuh yang tinggi, kekar
dan kuat, berwatak keras namun jujur dan disiplin. Seorang Kristen
Protestan yang saleh dan berperikemanusiaan.
Pada
waktu pecah perang melawan penjajah Belanda tahun 1817, Raja-raja
Patih, Para Kapitan, Tua-tua Adat dan rakyat mengangkatnya sebagai
pemimpin dan panglima perang karena berpengalaman dan memiliki
sifat-sfat kesatria (kabaressi). Sebagai panglima
perang, Thomas Matulessy mengatur strategi perang bersama
pembantunya. Sebagai pemimpin dia berhasil mengkoordinir Raja-raja
Patih dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan, memimpin rakyat,
mengatur pendidikan, menyediakan pangan dan membangun
benteng-benteng pertahanan. Kewibawaannya dalam kepemimpinan
diakui luas oleh para Raja Patih maupun rakyat biasa. Dalam
perjuangan menentang Belanda ia juga menggalang persatuan dengan
kerajaan Ternate dan Tidore, raja-raja di Bali, Sulawesi dan Jawa.
Perang Pattimura yang berskala nasional itu dihadapi Belanda
dengan kekuatan militer yang besar dan kuat dengan mengirimkan
sendiri Laksamana Buykes, salah seorang Komisaris Jenderal untuk
menghadapi Patimura.
Pertempuran-pertempuran
yang hebat melawan angkatan perang Belanda di darat dan di laut
dikoordinir Thomas Matulessy Kapitan Pattimura yang dibantu oleh
para penglimanya antara lain Melchior Kesaulya, Anthoni Rebhok,
Philip Latumahina dan Ulupaha. Pertempuran yang menghancurkan
pasukan Belanda tercatat seperti perebutan benteng Belanda
Duurstede, pertempuran di pantai Waisisil dan jasirah Hatawano,
Ouw- Ullath, Jasirah Hitu di Pulau Ambon dan Seram Selatan. Perang
Pattimura hanya dapat dihentikan dengan politik adu domba, tipu
muslihat dan bumi hangus oleh Belanda. Para tokoh pejuang akhirnya
dapat ditangkap dan mengakhiri pengabdiannya di tiang gantungan
pada tanggal 16 Desember 1817 di kota Ambon. Untuk jasa dan
pengorbanannya itu, Thomas Matulessy dikukuhkan sebagai
“PAHLAWAN PERJUANGAN KEMERDEKAAN” oleh pemerintah Republik
Indonesia
. |